Hutan Tropis Memainkan Peran Kunci Bagi Masa Depan Balikpapan

Oleh Lisa Rogers

BALIKPAPAN, Kalimantan Timur: Tak jauh dari jalan utama Propinsi yang sangat ramai lalu lintasnya, disitulah letak sebuah harta karun yang tersembunyi. Hutan Lindung Sungai Wain dengan luas beberapa ribu hektar dari hutan tropis yang tidak disentuh, yang merupakan habitat asli banyak hewan seperti beruang matahari, burung enggang dan ular sanca raksasa. Wilayah tersebut adalah salah satu sisa dari hutan tropis terakhir yang utama diantara Balikpapan-Samarinda, di mana hampir separuh orang-orang Kalimantan Timur tinggal.

Pada saat ini, Sungai Wain dilindungi oleh beberapa peraturan pemerintah tentang pemanfaatan, seperti hutan industri. Sungai Wain adalah suatu harta karun unik milik Balikpapan. Pada Sungai Wain, orang-orang dapat belajar tentang ekosistem hutan yang kompleks dengan itu melihatnya sendiri. Seperti sebuah filter raksasa alami yang mampu mengubah bentuk angin dan hujan menjadi udara dan air yang bersih. Oleh karena itu, Sungai Wain menarik perhatian para ilmuwan dari seluruh dunia untuk mempelajarinya, dan itu bisa juga menarik wisatawan-wisatawan untuk mengagumi kecantikan nya.

Seperti inilah guna hutan yang sesungguhnya, yaitu untuk melindungi umat manusia Walaupun terletak di perbatasan antara Balikpapan dengan pantai Timur Kalimantan, Hutan ini jarang terekspos di peta. Masyarakat baru banyak yang mulai mengetahui keberadaanya, ketika pada tahun 1934 Sultan Kutai menjadikannya sebagai sebuah hutan milik kerajaan. Dari tahun ke tahun , kawasan hutan tersebut masih selamat dari kebanyakan nasib hutan hutan pantai lainnya di kalimantan, yaitu banyak yang dikonversi menjadi tanah pertanian.

Dewasa ini Kawasan Hutan Sungai Wain masih menjanjikan sebagai tempat penelitian tentang flora dan fauna , dan lebih banyak dikenal oleh peneliti peneliti dari luar negeri daripada penduduk lokal. Sekarang ini nasib hutan lindung itu berada ditangan pemerintah daerah, sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia. Walikota dan anggota dewan Balikpapan dan kota tersebut sekarang menghadapi tantangan tentang pengaturan Hutan Lindung Sungai Wain. Seperti yang terjadi bulan lalu dimana diadakan pertemuan antara pemerintah dan pengusaha pemilik hak guna hutan sepakat untuk menjaga kelestarian Hutan Lindung tersebut.

Barangkali harta karun yang sangat berharga yang bersembunyi di antara pohon-pohon tersebut adalah air. Keduanya , Sungai Wain dan sungai-sungai Bugis berada di dalam hutan lindung. Setiap hari dua aliran sungai itu mengalirkan berjuta-juta liter-liter air bersih. Pada jaman sekarang dimana polusi dan pencemaran yang banyak terjadi , persediaan air yang melimpah merupakan sesuatu yang sangat berharga. Balikpapan penduduknya bergantung pada daerah resapan air yang berbeda ke seberang jalan raya dari Sungai Wain. Daerah Resapan Manggar yang telah dibuat menjadi suatu hutan lindung, walupun sebenarnya agak terlambat.

Walaupun sebagian sudah agak gundul hutannya, dengan adanya reboisasi dampaknya tidak terlalu besar.Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang tiap tahun terus meningkat, pemerintah mungkin bisa memanfaatkan keberadaan sungai Wain dengan cara menjaganya. Sebagai sumber dari air, Sungai Wain adalah suatu sumber kebijaksanaan. Disana kita bisa belajar cara hidup berkesinambungan dengan mahluk lain, seperti banyak hal yang telah dipeajari oleh para peneliti internasional. Sebagai contoh, Sungai Wain adalah lokasi dari salah satu tempat penelitian utama dari beruang matahari Asia.

Para ilmuwan sangat menghargai keanekaragaman hayati nya yang mengejutkan dan akses jalannya nya yang mudah di Balikpapan. Jarak yang pendek ternyata juga membawa berkah untuk orang-orang pedalaman juga. Suatu NGO yang berbasis di Samarinda sekarang sedang merencanakan sebuah sekolah yang berpusat tak jauh dari hutan lindung tersebut.Seperti kata Nunuk, yang bersama istrinya mendirikan LORIES pada tahun 1995. Katanya, " orang orang disini sangat haus informasi. Pendidikan adalah sebuah mata rantai yang hilang di daerah ini ".

Dengan adanya sebuah sekolah dengan fasilitas yang memadai, akan menjadi sebuah penghubung antara masyarakat pedalaman dengan dunia modern Ada kemungkinan bahwa hutan lindung Sungai Wain terancam keselamatannya. Walaupun berstatus sebagai hutan yang dilindungi, pada tahun 1997 / 1998 pada saat musim kemarau yang terparah, hutan ini hampr terbakar. Untunglah usaha penyelamatan yang dilakukan suku pedalaman dibantu peneliti asing berhasil Dengan tepi dari hutan maka dengan sangat buruk merusakkan, (musim)kering yang lain parah; sulit; keras; berat bisa menyalakan lebih pembinasaan lagi menembak. Adalah penting bahwa pemadam kebakaran [desa/kampung] tinggal waspada.

Dalam waktu itu, hutan yang dibakar yang harus dilindungi dan yang dimonitor untuk memberi nya suatu kebetulan regenerasi. Belum lagi masalah interaksi dengan masyarakat sekitar yang tidak selalu berjalan mulus. Daerah pinggiran hutan lindung, sekarang sudah banyak ditinggali para pendatang. Pencemaran air dan pembalakan liar pun banyak terjadi. Hasilnya lebih parah dari tragedi kebakaran hutan tahun 1997/ 1998 silam Pemerintah saat ini juga sedang memikirkan lalu lintas sungai yang ada di peraian Balikpapan sekarang. Banyaknya arus lalulintas sungai ternyata juga menyebabkan kerusakan hutan bakau.

Hilangnya tempat-tempat khusus yang lain di seluruh dunia sudah membuktikan sebuah aturan lama : SEKALI PERGI, AKAN LENYAP. Tanpa penanaman ulang pohon penyeimbangan ekosistem , hilangnya warisan hutan tropis akan hanya meninggalkan kenangan dan penyesalan semata. Dengan suatu komitmen yang kuat dari para pelindung hutan -pemerintah dan penduduk- Balikpapan - masih ada waktu untuk melindungi harta karun dari Sungai Wain ini.

"Sungai Wain adalah suatu asset yang berharga untuk Balikpapan," kata Nunuk. "Orang-orang harus bangga bahwa mereka mempunyai kekayaan alam seperti ini dekat kota ." *- seperti yang dikutip Dari Jakarta Post Online (www.thejakartapost.com) 24/04/2001